Responsive image

SALEH DAN SUNDARI UNTUK KESEJAHTERAAN PETANI KOPI KECAMATAN SUMBERWRINGIN

Kopiraisa.com - Kopi merupakan tanaman yang mendorong proses intelektualitas masyarakat di Indonesia, seperti halnya pada sejumlah masyarakat di Eropa. Petani kopi pun pantas disebut sebagai penggerak intelektualitas.

Di Bondowoso, kopi juga sebagai pendorong “revolusi pendidikan” bagi masyarakat yang berada di wilayah pegunungan. Sebab perkebunan kopi yang dikembangkan sejak era Belanda mampu memperbaiki ekonomi petaninya.


Pada masyarakat yang hidup dari berkebun kopi, kehidupannya jauh lebih peduli lingkungan, jauh dari persoalan kriminalitas, dan tradisi dan seninya terus terjaga. Kondisi petani kopi di Indonesia tidak sebaiknya di masa lalu. Namun pemerintah memiliki peluang untuk mengembangkan kopi sebagai sumber ekonomi yang berkelanjutan. Inilah yang kemudian menjadi cita-cita sepasang suami istri yang berada di Desa Sumbergading Kecamatan Sumberwringin. Saleh dan Sundari telah berkecipung dalam dunia perkopian sejak awal tahun 2000-an. Mereka memiliki kebun yang merupakan pemberian dari keluarganya. Meski sempat mengalami pasang surut, namun pada tahun 2015 berhasil memanen kopi arabika pertama hasil mereka.


Berkat kerja keras akhirnya pada tahun 2017 didirikanlah Tsarima Coffee (dulunya bernama Tsarima Cathering). Asal mula nama Tsarima berasal dari ke tiga nama anaknya yaitu Tsaqif, Arrij, dan Rama. Awalnya Tsarima hanya memiliki 3 produk saja yaitu Arabica, Arabica lanang, dan Robusta Natural, namun dalam hal kemasan mereka sudah menggunakan aluminium foil. Seiring perkembangannya yang sangat pesat kini Tsarima Coffee memiliki 6 jenis produk, P’Jahe Arabica adalah produk unggulan yang sudah berhasil menduduki 10 besar se-Jatim dalam lomba inovasi olahan produk kopi. Selain bekerja sebagai Guru, Saleh merupakan ketua kelompok usaha tani Wana agung Sejahtera sekaligus menjabat di LPMD, LMDH, dan juga BUMDES.


Saleh selalu berperan aktif dalam berbagai hal , utamanya bagi perkembangan desanya. “Bagi saya yang terpenting dalam hidup itu adalah hablum minallah dan hablum minannas,” tuturnya.

Sejalan dengan cita-cita Saleh, Sundari juga memiliki misi yang mulia untuk menyejahterahkan para perempuan yang ada di Sumberwringin. Harapan ini Sundari tuangkan dalam kelompok yang bernama Srikandi Kopi.


Srikandi Kopi terdiri dari istri petani Kopi Kluster Java Ijen Raung pada 2018 sebagai wadah peningkatan pereknomian yang bergerak di sektor hilir Kopi Bondowoso.  “Ketika berbicara kopi, perempuan sangat memegang peran penting dari hulu ke hilir, tapi belum banyak yang memperhatikan itu,” ungkap Sundari. Dari Srikandi Kopi ini pula Sundari berharap akan menjadi cikal bakal munculnya banyak produk inovasi berbahan dasar kopi.


Diawal berdirinya ada sebanyak 15 anggota, namun semenjak pandemi kelompok ini mulai mengalami mati suri. Ini yang kemudian semakin memacu Sundari untuk menghidupkan kembali Srikandi Kopi. Kini sudah memiliki 3 produk, yaitu masker kopi, lulur kopi, dan sabun kopi. “Ini saatnya bagi perempuan dalam kelompok Srikandi kopi untuk mengepakkan sayap lebih luas dalam menduniakan kopi Bondowoso,” tuturnya.


Kisah sepasang suami istri ini perlunya menjadi cambukan bagi kita semua bahwa usia bukanlah sebuah halangan untuk tetap menanam kebaikan terutama bagi orang disekitar kita. Mereka memiliki harapan bersama untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup seluruh petani kopi yang ada di Kecamatan Sumberwringin.